Jumat, 06 Januari 2012

Warung Tinggi Coffee Bertahan Lima Generasi Karena Kualitas

Warung Tinggi Coffee Bertahan Lima Generasi Karena Kualitas

Disaat persaingan bisnis kopi sedang tinggi, dengan bermunculnya warung-warung kopi modern, PT Warung Tinggi Coffee yang sudah berusia lebih dari satu abad tidak mau disalib. Demi mempertahankan pendapatannya, perusahaan yang sudah berdiri sejak 1878 ini menjajaki ekspor kopi ke luar negeri. Selain sudah mengekspor ke Jepang dan Amerika, Warung Tinggi juga sedang mempersiapkan ekspor ke Korea.

Warung Tinggi coffee yang berada dibawah payung Pintu Air Mas (PAM) Group adalah sebuah perusahaan yang sudah berdiri sejak zaman penjajahan Belanda. Perusahaan Kopi yang dulu berada di tepian MOolen Vliet Oost, Batavia, kini Jalan Hayam Wuruk Jakarta adalah perusahaan kopi tertua di Indonesia yang didirikan oleh Liaw Tek Soen, perantau asal Tiongkok. Pada awalnya perusahaan ini berdiri nyaris tak memiliki saingan.

Rudy Widjaja, 70 tahun, ahli waris generasi keempat Warung Tinggi Coffee menuturkan tidak mudah mempertahankan berdirinya perusahaan keluarga tersebut. Acapkali perusahaan ini mengalami jatuh bangun, tutup lobang, gali lobang agar tetap bertahan hidup. Perubahan zaman yang terkadang brigas sering kali mengguncang perusahaan ini. Namun, perusahaan ini tetap berdiri kokoh hingga hari ini tak terlepas dari didikan dari orang tua, dari satu generasi ke generasi berikutnya. "Didikan orang tua akan pentingnya kejujuran dan kerja keras menjadi sangat penting bagi kami," jelas Rudy.

Rudy menuturkan pengelolaan Warung Tinggi tak ubahnya bagaikan warung biasa saja. Bedanya, Warung Tinggi tetap fokus menjaga kualitas dari generasi ke generasi . Selain itu, tetap melakukan terobosan-terobosan baru berupa inovasi-inovasi untuk menciptakan kopi dengan rasa yang berbeda. Disamping menjaga kualitas, Rudy juga tetap teliti memilih jenis kopi yang dibeli. Soalnya, jenis kopi yang berkualitas menjadi andalan untuk dapat ditabung. "Jadi tabungan kami itu bukan uang, melainkan kopi," ucap Rudy sambil tertawa. Biji kopi pilihan yang diseleksi dari daerah-daerah di sejumlah tempat di Indonesia disimpang dalam gudang.

Rata-rata Rudy dapat menyimpan kopi sebanyak 100 ton. Kopi tersebut disimpang antara lima sampai enam tahun lamanya. Ada 13 jenis kopi yang disimpang yakni jenis kopi excellence, jantan, betina, - Ketiga kopi ini hanya diperuntukkan bagi yang maniak kopi saja. Soalnya, kopi ini cukup keras. Jenis kopi lain berupa Rajabika, Arabika spesial, Arabika super, Arabika ekstra, Robusta, kopi 2 in 1, kopi 3 in 1 dan kopi jahe 4 in 1. Aneka jenis kopi ini diproses di pabarik milik Warung Tinggi yang bermarkas di Tangerang. Luas pabrik tersebut sekitar 1.500 meter persegi.

Untuk mempertahankan kualitas, proses pengolahan kopi ini harus melalui Rudy sebagai pemilik. Menurutnya, rasa kopi itu sangat sensitif, dan bisa berubah jika cara pengelolaanya tidak tepat. Masalah-masalah teknis, seperti ukuran panas, hasil gorengan dan penyimpanan sangat menentukan kualitas kopi. Maka agar kualitas tetap terjaga, Rudy selalu mengecek hasilnya. Pengecekan tersebut dilakukan mulai dari hasil gorengan, rasanya, dan kadar kafein serta bau yang dikeluarkan kopi tersebut. "Kalau tidak sesuai dengan standar saya suruh diganti dan diulangi lagi," tegas Rudy.

Menurut Rudy, kopi yang berkualitas umumnya tetap mempertahankan rasa dan keharuman minimal satu tahun lamanya. Sebab setelah dimasak, umumnya kopi pasti harum, namun setelah beberapa bulan, bau kopi tersebut bisa berubah sehingga kualitasnya bisa turun. Itu juga alasannya, kenapa Rudy enggan ekspansi, soalnya dia tidak mau kalau setelah buka cabang, kualitas kopi miliknya menjadi menurun. Karena itu, sampai saat ini pelanggan berasal dari kelas menengah ke atas. Umumnya mereka adalah pelanggan lama yang sudah puluhan tahun. Ia menjual kopi ini mulai dari harga Rp 300.000 hingga Rp 3 juta per kilogram.

Angelica Widjaja, ahli waris Warung Tinggi generasi kelima, yang sudah mulai menyetir perusahaan ini sejak tahun 2004, pada usia 24 tahun mengatakan akan meneruskan usaha ayahnya untuk mempertahankan kualitas kopi yang dijual. Menurutnya kualitas itu tetaplah nomor satu. Maka ia mengatakan akan meningkatkan pendapatan Warung Tinggi. Ketika ditanya soal omzet, Angelica enggan menjawabnya, tapi ia memastikan nilai omzetnya di atas Rp 100 juta per bulan. Pertumbuhan omzet warung tinggi menurutnya mencapai 15% per tahun.

Namun dengan adanya ekspor keluar negeri, Ibu muda yang berusia 30 tahun ini menargetkan pertumbuhan omzet perusahaan bisa mencapai 20% pada tahun ini. Salah satu caranya meningkatkan omzet tersebut adalah dengan meningkatkan ekspor mencapai 20% dari total produksi sekitar 100 ton per bulan. "Saat ini kami sedang menjajaki ekspor ke KOrea, selain ke Jepang dan Amerika," jelasnya.

Kopi Menjadi Cara Hidup

Rudy Widjaja, adalah generasi keempat pemilik Warung Tinggi Coffee. Ia sudah mengelola Warung Tinggi sejak tahun 1978 sebagai warisan dari orang tuanya. Rudy juga pernah menjadi KPresiden Komisaris Bank Kesawan sejak tahun 2000-2010. Namun, ia memilih menjual sahamnya dari bank tersebut karena merasa tidak cocok lagi.Ia memilih fokus pada kopi dan meneliti jenis-jenis kopi yang ada di seluruh Indonesia. Saat sudah ada ratusan jenis kopi yang sudah berada di kantornya, dan satu demi satu teliti. Selain itu, saat ini Rudy juga fokus meneliti mesin-mesin modern yang digunakan untuk kopi. Tujuannya, agar ia dapat mengajari pelanggannya bagaimana memasak kopi secara benar sehingga rasa dan kualitas kopi yang dijual di warungnya tetap terjaga.

Noverius Laoli

1 komentar: