Rabu, 06 Juni 2012

Jadikan Ranch sebagai rumah yang nyaman


Jadikan Ranch sebagai rumah yang nyaman


 Tidak mudah mengelola  bisnis ritel dengan sasaran market menengah atas seperti Ranch Market. Apalagi, basic saya adalah profesional di bisnis steel. Sudah begitu, ketika baru buka sebulan di Kebon Jeruk, Jakarta, pada 1998, Ranch Market habis dijarah karena terjadi kerusuhan.

Saat itu, karyawan down, kami shock. Namun, menurut saya, the show must go on. Seperti orang Jawa bilang, masih untung toko kita tak dibakar. Makanya, saya katakan ke mereka kalau kami akan buka lagi, meski  kerusuhan itu membuat kami merugi sampai Rp 6 miliar.

Kerusuhan itu juga yang membuat Ranch Amerika hengkang, tak lagi memberi supervisi pendirian Ranch. Namun hubungan kami clear. Kami bahkan tak perlu lagi membayar royalti. Mereka membebaskan kami memakai nama Ranch, asalkan tetap dalam teritori Indonesia.

Tidak adanya supervisi dari Amerika justru menjadi peluang kami untuk melakukan re-concept Ranch. Berbeda dengan Ranch Amerika yang menyasar pasar orang Asia, kami menyasar high end market, termasuk ekspatriat.

Tuntutannya tentu kami harus menjaga kualitas dan layanan. Di sinilah tantangan saya dan karyawan mewujudkannya. Ini pula yang lantas saya terjemahkan dalam culture atau value di Supra Boga. Yakni menciptakan suasana belanja yang menyenangkan.

Caranya, pertama, kami harus melakukan diferensiasi produk. Artinya,  produk yang kami jual tidak ada di tempat lain, tidak massal, dan unik. Ini penting agar menarik keinginan konsumen datang.

Makanya, sejak awal berdiri, kami terus mencari produk-produk tersebut. Kami ogah menunggu di meja layaknya dokter yang  menunggu pasien. Kami memiliki  tim product yang bertugas mencari produk eksklusif.

Tak hanya itu, kami juga membekali kemampuan karyawan agar mumpuni dalam menjelaskan produk, sekaligus mencari alternatif bila produk yang dicari tidak ada demi terciptanya pengalaman menyenangkan bagi konsumen. Tidak dengan cara responsif, tapi antisipatif.     

Tak gampang di tengah persaingan bisnis ritel yang ketat. Makanya, saya lebih suka menerima pegawai yang fresh karena lebih mudah dibentuk sesuai standar kami.

Kedua, memberikan produk terbaik. Produk yang kami jual adalah produk fresh. Bagi pemain lain, ini susah karena  banyak banget sampahnya. Makanya, sejak awal, kami melengkapi Ranch dengan berbagai alat dan sistem pengolahan demi menjaga kesegaran produk kami.

Tak hanya di hilir, produk kami juga terjaga sampai hulu. Misalnya, daging sapi, kami sediakan sapi yang hanya makan  gandum dalam jangka waktu tertentu. Makanya, kami menjalin kerja sama dengan peternak.
Ketiga, dari sisi service, kami harus excellent. Ramah saja tak cukup, tapi harus excellent. Ini penting karena kami menciptakan rumah ketiga bagi konsumen. Rumah pertama adalah rumah mereka, rumah kedua kantor dan rumah ketiga adalah Ranch.

Ranch juga kami ciptakan sebagai rumah kedua untuk karyawan. Mereka bebas melakukan apa saja, tapi juga harus patuh dengan aturan yang kami buat.

Sebagai orang tua yang demokratis, kami membebaskan mereka berbicara dengan saya, menyampaikan unek-unek. Tapi, mereka punya target mewujudkan mimpi bersama,  menjadikan rumah ini sebagai the biggest company.

Saya bukan pemimpin otoriter. Ketika saya tak tahu, saya bertanya. Ikan busuk itu dimulai dari kepala. Saya tak mau seperti itu.



Sumber: KONTAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar