Jumat, 22 Maret 2013

Ketika Gedung Utama Setneg terbakar pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono


Gedung Utama Sekretari Negara RI terbakar. Foto diambil di depan gedung Istana Negara bercat putih, sejumlah wartawan dan petugas keamanan istana sedang panik dan sebagian ambil foto, Kamis (21/3) sore pukul 17.00 WIB. Foto:Noverius Laoli
Hari itu (Kamis, 21/3/2013) jarum jam sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB. Seperti baisa, suasana istana kepresidenan tenang dan hening. Cuaca Jakarta yang siang tadi cukup panas, sore ini sudah cukup adem.  Meskipun demikian, AC di dalam gedung kantor presiden tidak terasa sedingin sebelumnya. Kalau biasanya, saya harus memakai jaket agar bisa bertahan lama dalam gedung, saat ini, udaranya terasa biasa-biasa saja, tidak panas dan tidak terlalu dingin.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono, bersama sejumlah menteri yakni Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa, Menkopolhukam Djoko Suyanto, Menteri Keuangan Agus Martowardojo, Menteri dalam negeri Gamawan Fauzi, bersama Sekretaris Kabinet Dipo Alam sedang rapat terbatas di lantai dua Kantor Presiden. Mereka membahas soal pagu anggaran pada tahun 2014 nanti. Sebelumnya pada pagi hari SBY mendatangi kantor kementerian keuangan untuk menyerahkan Surat Pemberitahuan (SPT) pajak pribadinya. Dan pada siang hari sebelum rapat terbatas melantik Hakim Agung Muhammad Saleh sebagai Wakil Ketua Mahkamah Agung (MA) bidang Yudisial di Istana Negara.

Saya dan teman-teman wartawan lainnya sedang nongkrong di lantai satu kantor presiden. Tepatnya di ruang konferensi pers. Ruangan ini memang tempat yang dikhususkan untuk wartawan jika presiden sedang melakukan tugas-tugasnya seperti menerima tamu atau ada rapat kabinet. Di sini, setiap orang yang masuk ke kantor presiden harus melalui ruangan wartawan ini. Sehingga bisa dipastikan tidak ada menteri yang lolos dari jangkauan wartawan jika ingin melakukan doorstop.

Namun ada kekecualian bagi Wakil Presiden Boediono yang memang tidak bisa di doorstop sama wartawan selalu lewat kantor depan presiden yang tidak semua orang bisa melaluinya, termasuk para menteri kecuali menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi. Namun pada hari ini, Sudi tidak hadir pada rapat tersebut karena sedang melawat kakaknya yang meninggal di Bandung. Padahal, menteri Sudi selalu hadir dalam setiap rapat-rapat yang diadakan presiden, termasuk saat menerima tamu dalam dan luar negeri.

Suasana yang hening di dalam ruangan pers tiba-tiba gempar dan diliputi kekagetan dan kepanikan. Salah seorang humas istana meminta wartawan segera keluar karena gedung utama Sekretariat Negera terbakar. Spontan, para wartawan yang sedang capek menunggu selesainya rapat terbatas, dan sebagian sedang melamun, sebagian lagi asyik mengetik berita, langsung keluar ruangan meninggalkan pekerjaan mereka. Laptop, sebagian telepon genggam yang lagi diisi baterainya ditinggal saja di atas meja. Tas-tas dibiarkan di tempatnya. Satu-satunya barang yang selalu melekat dalam tangan wartawan adalah telepon genggam (sebagian wartawan memiliki lebih dari satu telepon genggam) dan recorder, termasuk kamera bagi fotografer atau kameramen dari TV.

Hanya beberapa langkah keluar dari ruang pers kantor presiden, api dan asap hitam yang melahap habis atap Gedung Utama Sekretariat Negara yang terdiri dari tiga lantai menjadi tontonan yang mengagetkan di depan mata.. Anging yang cukup kencang membuat si jago merah itu tampak ganas seperti memamah biak di atas gedung Setneg. Suasana sekitar terasa panik. Pasukan pengaman presiden mondar mandir, lari ke sana ke mari. Untuk sementara waktu keangkeran istana yang penuh disiplin dan aturan serta larangan seolah-olah terlupakan. Wartawan langsung berlari ke arah Gedung Setneg dan sebagian berdiri di halaman depan Gedung Istana Negara untuk mengabadikan peristiwa bersejarah itu dengan kamera masing-masing.
Gedung Utama Sekretaris Negara terbakar, Kamis (21/3) Foto:Noverius Laoli
Jarak antara Gedung Istana Negara dengan Gedung Setneg kira-kira 50 meter saja, di tengah kedua bangunan ini, masih ada satu bangunan satu lantai yang biasanya digunakan para pejabat untuk bekerja dan mengadakan kegiatan. Nah Gedung Setneg berada di sebelah kanannya Gedung Istana Negara yang biasanya tidak bisa dilewati wartawan. Tapi waktu kebakaran, justru sebagian besar wartawan belari ke arah ini, dan tidak jadi masalah lagi.

Dengan tangan gemetar setelah mengambil foto-foto gedung Setneg yang terbakar, saya langsung mengetik dan memberikan laporan ke kantor. Sambil mengetik suara-suara simpang siur tentang kebarakan di lantai tiga masuk ke telinga saya dari sebagian petugas di sekitarku yang mondar mandir di depan gedung Istana Negara. Spontan apa pun informasi yang saya dengar waktu itu langsung saya tuliskan dan kirimkan ke kantor. Tidak lama kemudian suara sirene mobil pemadam kebakaran meraung-raung memasuki gedung Setneg dan bagian depan gedung Istana Negara yang selama ini hanya boleh dilalui oleh Presiden dan tamu negara setingkat kepala negara.

Suasana semakin panik dengan bertambah banyaknya wartawan dan kerumunan para petugas. Bahkan tidak lama kemudian para menteri yakni yang tadi sedang rapat langsung menuju ke arah gedung Setneg. Menteri Keuangan Agus Marto tidak langsung masuk ke mobil dinasnya, tapi berjalan sendiri ke arah gedung setneg sambil diikuti oleh ajudannya. Para menteri waktu itu yang selama ini dikerumuni wartawan, pada waktu kejadian itu, justru bersama-sama wartawan mengerumuni samping gedung setneg menyaksikan api yang sedang ganas di  lantai tiga gedung tersebut.

Menko perekonmian Hatta Rajasa, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Mendagri Gamawan Fauzi dan Sekretaris Kabinet Dipo Alam sambil memakai topi berlari-lari kecil ke arah gedung Setneg. Sesuatu yang aneh bagi pejabat setingkat mereka. Lalu para menteri dan wartawan berbicang-bincang seperti teman sendiri di samping gedung Setneg. Nyaris tidak ada perbedaan antara pejabat dan wartawan. Namun yang namanya wartawan tidak akan melepaskan momen kedekatan ini begitu saja. Sambil melihat-lihat gedung Setneg, recorder tetap di arahkan ke dekat mulut para menteri untuk menanyakan tanggapannya terkait gedung yang terbakar dan apa saja hasil sidang terbatas tadi.

Tidak lama kemudian setelah para menteri menyambangi gedung setneg yang terbakar, presiden SBY dikawal pasukan pengaman presiden (Paspampres) langsung menginspeksi lokasi kejadian. Ia tampak memberikan arahan kepada Sekretaris Menteri Sekretaris Kabinet Lambok V Nahatan. Ia meminta agar memprioritaskan penyelamatan nyawa manusia, dan kemudian dokumen penting negara. setelah itu sisanya dilupakan saja. Pada saat inspeksi presiden, dua kali terdegar  ledakan besar dari lantai tiga gedung tersebut. Diduga yang meledak itu adalah televisi atau kompouter yang terbakar.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan arahan kepada Sekretaris Menteri Sekretaris Negara Lambok V Nahatan, di sebelah kanan presiden ada Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Ham Djoko Suyanto sedang asyik melihat api yang melahap lantai tiga gedung utama Setneg, Kamis (21/3). Foto:Noverius Laoli
Tidak lama kemudian SBY sudah meninggalkan lokasi kejadian. Namun para menteri masih bergerombol sambil melipat tangan di dada mereka asyik melihat-lihat si jago merah menyelesaikan tugasnya. Namun berbeda dengan wajah ibu Negara Ani Yudhoyono yang tampak kaget melihat kebakaran itu. Tampaknya sang ibu negara panik, tapi kamera DSLR tampak ditangannya. Tidak lama kemudian keluarga presiden dievakuasi di Wisma Negara. Tapi juru bicara presiden Julian Aldrin Pasha mengatakan keluarga presiden bukan dievakuasi tapi memang itulah tempat yang paling tepat karena posisinya lebih tinggi  untuk dapat melihat api di yang melahap lantai tiga gedung Setneg.

Para wartawan radio dan tv asyik  menyampaikan laporan soal kebakaran bersejarah tersebut. Sementara wartawan cetak dan online sibuk mengetik dan segera mengirim berita dan gambar ke redaksi masing-masing. Kegelisahan yang sempat muncul di raut muka mereka sudah tak terlihat lagi. Justru senyum dan tawa tampak sesekali dari mereka. Apa yang ditertawakan? Yah saling menertawakan teman yang melakukan hal-hal lucu dan aneh selama kebakaran terjadi. Kebakaran itu sendiri sudah bisa dijinakkan pada pukul 18.00 WIB.

Tidak lama kemudian sekita pukul 18.30 WIB, pihak Setneg mengadakan konferensi pers di gedung I Setneg. Gedung ini terpisah dari Gedung Utama Setneg yang terbakar atau berada di sebelah kiri Gedung Utama Setneg. Para awak media pun langsung di suruh masuk dalam sebuah ruangan  yang  mirip aula dan di sana sudah ada kursi untuk duduk sekitar 50 kursi. Adalah sekretaris Menteri Sekretaris Negara Lambok V Nahatan  yang menyampaikan konferensi pers ini. Ia didampingi Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha. Lambok mengatakan bahwa kebakaran gedung utama setneg diduga disebabkan korslet listrik. Kemudian ia menegaskan tidak ada korban jiwa dalam kebakaran tersebut dan semua dokumen negara aman terkendali. Selain  itu, hanya lantai tiga yang terbakar, sementara lantai satu dan dua tidak sempat terbakar karena api sudah dijinakkan. Ia membantah jika alat-alat pengamanan internal tidka bersfungsi saat kebakaran terjadi.

Lambok membeberkan betapa mereka berjuang menggunakan alat-alat pengamanan internal untuk memadamkan api. Justru berkat adanya pengamanan internal itulah, makanya gedung berlantai tiga itu tidak terbakar seluruhnya. Sambil menunggu mobil pemadam kebakaran dari Pemerintah Daerah DKI, pihak internal Setneg sudah mengamankan dan melokalisir api hanya di lantai tiga saja. Mereka menyiram gedung lantai dua agar api tidak merambat kesana. Tapi berdasarkan fakta dilapangan, tidak ada suara sirine sebagaimana lazimnya jika suatu gedung atau hotel terbakar. Sirene itu harusnya langsung meraung-raung ketika ada asap meskipun jumlahnya masih sedikit. Air langsung keluar. Saya tidak tahu apakah ada  yang disembunyikan dalam keterangan pers ini atau tidak.

Malam pun sudah berlalu, aparat keamanan seperti pihak kepolisian sudah memasuki wilayah setneg. Kapolri, Jenderal Timur Pradopo tampak memasuki wilayah istana dan sejumlah petinggi kepolisian lainnya. Tidak lama setelah mereka datang Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi juga datang meninjauh lokasi. Ia bilang kedatangannya untuk memastikan bahwa anak buahnay tetap stand by di tempat mengerjakan tugas-tugas mereka.
Gedung Utama Setneg terbakar, mobil pemadam kebakaran sudah tiba di lokasi, dan api mulai bisa dijinakkan, Kamis (21/3). Foto:Noverius Laoli
Malam pun semakin larut, api sudah bisa dijiknakkan, tapi bau arang dari gedung utama Setneg masih menyegat hidung. Sejumlah aparat keamanan sibuk melakukan olah tempat kejadian perkarat (TKP). Sebagian wartawan pun memilih pulang ke rumah masing-masing. Sementara di depan Istana, di wilayah monas terlihat beberapa mobil satelit dari beberapa media yang siap-siap memberitakan peristiwa penting yang tiba-tiba muncul.

Yah, begitulah peristiwa kebakaran di gedung Setneg pada Kamis sore di saat Jakarta sedang macet-macetnya dan presiden sedang sibuk rapat. Di saat para pewarta memiliki separuh tenaga yang tersisa setelah seharian mengikuti kegiatan presiden dari satu tempat ke tempat lainnya. Tapi api itu seolah-olah menambah tenaga kembali dan membangkitkan semangat yang sudah turun. Ada energi dari kebakaran.

Noverius Laoli

Tidak ada komentar:

Posting Komentar